TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Paskah dilaksanakan pada Minggu, 21 April 2019. Rupanya, ada berbagai tradisi dan cara unik dari negara-negara di dunia dalam menyambut hari besar umat Kristiani ini.
Baca: Paskah 2019: Selain Berburu Telur, Lakukan 4 Kegiatan Asyik Ini
Penasaran seperti apa? Dilansir dari Womans Day dan Huffington Post, berikut adalah tradisi perayaan Paskah dari 4 negara.
Norwegia cukup memiliki tradisi yang menarik saat Paskah. Masyarakatnya menyebut musim tersebut dengan "Easter-Crime" atau Kejahatan Paskah. Pada hari itu, banyak masyarakat yang merayakan Paskah dengan membaca buku-buku misteri atau menonton serial detektif kejahatan yang disiarkan televisi nasional. Ada juga sebagian keluarga yang mengasingkan diri ke gunung untuk menikmati liburan.
2. Yunani
Pagi hari pada Sabtu Suci, penduduk di Yunani melakukan tradisi yang unik, yaitu "lempar pot". Mereka melempar panci dan tembikar lainnya dari jendela rumah, membuangnya ke jalanan. Ada yang mengatakan bahwa tradisi tersebut berasal dari orang-orang Venesia, dimana saat Tahun Baru umumnya mereka membuang semua barang lama yang dimiliki. Lainnya, mengatakan bahwa tradisi ini merupakan suatu kepercayaan, bahwa melempar pot melambangkan tanaman baru yang akan dikumpulkan di pot baru, simbolis dari harapan rezeki baru yang akan datang.
3. Polandia
Menuangkan air satu sama lain adalah tradisi Paskah Polandia yang disebut migus-dyngus. Pada hari Paskah, anak-anak mencoba untuk membasahi orang lain dengan ember berisi air, menyemprotkan pistol atau apapun yang bisa mereka dapatkan. Menurut legenda, anak gadis yang basah kuyup dalam tradisi ini akan menikah dalam tahun tersebut. Perayaan dengan tradisi ini dimulai dalam pembaptisan Pangeran Mieszko Polandia pada hari Paskah tahun 966 Masehi.
Baca: Mabuk Perjalanan saat Libur Panjang Paskah 2019, Apa Sebabnya?
4. Italia
Di Florence, Italia penduduk setempat merayakan Paskah dengan tradisi yang dikenal sebagai Scoppio del Carro, atau "ledakan kereta". Tradisi ini telah dilakukan sejak 350 tahun lalu. Dimulai dengan sebuah gerobak penuh hiasan yang dikemas dengan kembang api. Gerobak ini kemudian berjalan mengelilingi kota bersama dengan orang-orang yang berkostum warna-warni abad ke-15 dan berhenti di depan Duomo (Gereja Katedral di Milan). Kemudian, Uskup Agung Florence menyalakan sekering selama misa Paskah yang diarahkan keluar menuju gerobak, dan terjadilah pertunjukan kembang api yang riuh dengan cahayanya yang berbinar-binar. Makna di balik tradisi ini adalah mengingat kembali Perang Salib Pertama, juga dimaksudkan untuk hasil panen yang baik.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | WOMANSDAY | HUFFINGTONPOST